1. "Ada banyak kebaikan yang dapat dilakukan dalam kondisi bangsa dalam penjajahan, tetapi ada satu kebaikan yang sulit dilakukan dalam kondisi penjajahan yaitu mau bersatu untuk berjuang dan rela berkorban membebaskan bangsa dari penjajahan (mewujudkan Indonesia merdeka)." (Sutomo)  
2. "Ada banyak kebaikan yang dapat dilakukan dalam kondisi bangsa dalam ketergantungan asing (utang luar negeri dan investasi asing), tetapi ada satu kebaikan yang sulit dilakukan dalam kondisi ketergantungan asing yaitu mau bersatu untuk berjuang dan rela berkorban membebaskan bangsa dari ketergantungan asing (mewujudkan Indonesia berdikari)." (Sutomo)  
3. "Ada masanya umat dan rakyat yang tadinya hidup berkelompok-kelompok dan bergolong-golongan, berpecah belah dan bermusuhan, semua akan melepas atribut kelompoknya, partainya, golongannya, alirannya , firqahnya kemudian bersatu, berjamaah, bergotong royong hidup dalam suasana kedamaian dan kekeluargaan yang mencintai Allah, tanah air dan sesama." (Sutomo)  
4. "Allah bersifat independent (berdiri sendiri), Dia yang menjadikan khalifah (pemimpin) dengan independent." (Sutomo)   
5. "Allah melarang adanya cerai berai / pecah belah." (Sutomo)   
6. "Amal kebaikan yang dilakukan secara bersama-sama atau secara bergotong royong akan menghasilkan kekuatan kebaikan yang besar." (Sutomo)  
7. "Apa yang telah dijual dan digadaikan, akan kembali menjadi milik dengan membeli dan menebusnya lagi." (Sutomo)  
8. "Bangsa dan generasi bangsa yang tidak tahu dan melupakan sejarah berdiri bangsanya, hanya akan hidup dan tumbuh menjadi bangsa dan generasi bangsa yang penakut." (Sutomo)  
9. "Bangsa yang kuat dan bermartabat adalah bangsa yang mau dan mampu bangkit dari kondisi penjajahan menuju kemerdekaan." (Sutomo)  
10. "Bangsa yang kuat dan bermartabat adalah bangsa yang mau dan mampu bangkit dari kondisi ketergantungan asing (utang luar negeri dan investasi asing) menuju kemandirian / berdikari." (Sutomo)  
11. “Bangsa yang menerapkan system yang jahil (bodoh), menggiring bangsanya sendiri ke jaman jahiliyah (kebodohan).” (Sutomo)  
12. "Bangsa yang mengerjakan dosa, yaitu membangun Negara dengan mendatangkan dan mengandalkan utang berbunga (riba), kemudharatan (keburukannya) akan menimpa bangsanya sendiri. Bangsa yang membangun Negara dengan sedekah, keberkahannya akan kembali ke bangsanya sendiri." (Sutomo)  
13. "Bangsa yang sudah kehilangan jati dirinya, dia juga akan kehilangan negerinya." (Sutomo)  
14. "Bangsa yang sudah terlalu lama hidup dalam penjajahan, butuh proses  panjang untuk menyadarkannya akan pentingnya kemerdekaan, hingga jiwa dan raganya sepakat bergerak dan berbuat dalam satu misi dan satu visi yang sama yaitu untuk wujudkan kemerdekaan." (Sutomo)  
15. "Bangsa yang sudah terlalu lama hidup dalam ketergantungan asing (utang luar negeri dan investasi asing), butuh proses panjang untuk menyadarkannya akan pentingnya kemandirian bangsa, hingga jiwa dan raganya sepakat bergerak dan berbuat dalam satu misi dan satu visi yang sama yaitu untuk wujudkan kemandirian bangsa." (Sutomo)   
16. “Berawal dari suara manusia seseorang dapat menjadi penguasa. Berawal dari seruan Allah seseorang dijadikan khalifatullah (khalifah dimuka bumi).” (Sutomo)  
17. "Berbuat dan bertindak di atas kebenaran dengan petunjuk Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Puncaknya adalah berhadapan dengan para penguasa kezaliman / raja kezaliman." (Sutomo)
18. "Berbuat yang benar jika ingin baik, hidup ini tidaklah baik tanpa berbuat baik." (Sutomo)
19. "Berjuang adalah syarat untuk mendapatkan kemenangan, Allah yang memberi kemenangan" (Sutomo)
20. “Berjuang itu mestilah paham dengan apa yang diperjuangkan, mengetahui arah (tujuan) perjuangannya, dan juga harus mengerti cara memperjuangkannya.” (Sutomo) 
21. "Berjuang tidak cukup hanya dengan berani, tetapi juga haruslah sabar." (Sutomo)
22. "Bermanfaat tidaklah sama dengan dimanfaatkan. Dalam tatanan dunia, hubungan   berbangsa dan bernegara, jadilah bangsa  yang  bermanfaat  bagi 
bangsa lain, janganlah menjadi bangsa yang mau dimanfaatkan oleh bangsa asing." (Sutomo) 
23. "Berpijak pada suatu kebenaran dengan mengagungkan Asma Allah, lebih mulia daripada lautan emas." (Sutomo) 
24. "Bersatu kita mampu, maju bersama kita jaya." (Sutomo)
25. "Bersedekah kepada negara, membersihkan negara dari praktek riba." (Sutomo)
26. "Bersihkan dan sucikan tanah Indonesia yang suci dari pengaruh utang berbunga (riba) dengan sedekah kepada negara." (Sutomo)
27. "Bukan aku musuhmu, bukan kamu musuhku, musuh kita adalah yang membuat kita menjadi bermusuhan." (Sutomo)
28. "Bukan bangsa lain atau bangsa asing yang menjadikan bangsa Indonesia berdikari tetapi putra putri ibu pertiwi bangsa Indonesia sendiri." (Sutomo) 
29. “Bukan hanya butuh kecerdasan untuk mengadakan revolusi (perubahan) nasib suatu bangsa ke arah yang lebih baik, tetapi sangat dibutuhkan juga keberanian untuk bersikap dan berbuat/ bertindak.” (Sutomo) 
30. "Bukanlah pejuang jika takut dan menyerah pada penjajah." (Sutomo)
31. “Cara penjajah untuk menjajah tidak berubah, yaitu dengan menguasai ekonomi dan memecah belah.” (Sutomo)
32. "Cita-cita bukanlah angan-angan kosong tetapi merupakan harapan yang besar bagi orang-orang yang ada kemauan, memiliki kemampuan dan ada tindakan untuk mewujudkan." (Sutomo)
33. Dalam keadaan bangsa yang sudah beratus tahun lamanya hidup dalam penjajahan, mungkin ada sebagian rakyatnya yang pesimis dan berpendapat bahwasannya kemerdekaan hanyalah merupakan sebuah mimpi dan khayalan, tetapi bagi rakyat yang yakin, optimis dan mau berjuang, kemerdekaan merupakan sesuatu yang nyata bisa diwujudkan. 
Dalam keadaan bangsa yang sudah berpuluh tahun lamanya hidup dalam ketergantungan utang luar negeri dan investasi asing, mungkin ada sebagian rakyatnya yang pesimis dan berpendapat bahwasannya kemandirian bangsa (bangsa yang tidak bergantung pada utang luar negeri dan investasi asing) hanyalah merupakan sebuah mimpi dan khayalan, tetapi bagi rakyat yang yakin, optimis dan mau berjuang, kemandirian bangsa merupakan sesuatu yang nyata bisa diwujudkan. (Sutomo)
34. "Dalam tataran dunia, hubungan berbangsa dan bernegara, jadilah bangsa yang bermanfaat bagi bangsa lain, janganlah menjadi bangsa yang mau dimanfaatkan oleh bangsa asing." (Sutomo)
35. "Diantara hasil kerja dan karya besar bangsa indonesia adalah bila bangsa indonesia mampu melunasi utang berbunga negara yang besar dan mampu membebaskan bangsa indonesia dari kebiasaan mendatangkan dan mengandalkan utang luar negeri yang berbunga dan dari investasi asing dalam membangun negara." (Sutomo)
36. "Durjana akan terus merajalela, jika tidak ada Ksatria yang berani melawannya." (Sutomo)
37. "Energi dan kekuatan besar bangsa Indonesia adalah persatuan dan gotong royong." (Sutomo)
38. “Formasi  kuat dan tampilnya kekuatan yaitu ketika kuantitas sudah bertemu kwalitas, kemudian bersatu dan menyatu bergerak bersama-sama dengan harmonis.” (Sutomo) 
39. "Generasi bangsa yang telah memahami dan menjiwai nilai-nilai perjuangan kemerdekaan para pendahulunya, tidak akan takut dan ragu-ragu berjuang untuk mewujudkan kemandirian bangsanya" (Sutomo)
40. "Generasi yang mau berjuang untuk kemandirian bangsanya adalah generasi yang mencintai generasi penerusnya dan mencintai tanah airnya." (Sutomo)
41. “Gotong royong adalah pusaka ampuh bangsa Indonesia  untuk bangkit berdikari.” (Sutomo)
42. “Gotong royong merupakan budaya, nilai-nilai luhur dan kekuatan bangsa Nusantara dan bangsa Indonesia." (Sutomo)
43. “Gotong royong yang menghantarkan Indonesia meraih kemerdekaan bangsanya (Indonesia merdeka), dia juga yang akan menghantarkan bangsa Indonesia mampu mewujudkan kemandirian bangsanya (Indonesia Berdikari).” (Sutomo)
44. “Hanyalah petunjuk Wahyu yang mampu membenahi kehidupan kaum (bangsa) yang dipenuhi dengan hawa nafsu." (Sutomo)
45. "Hasil pandang yang sama, didapat dari adanya cara pandang yang sama dari sudut pandang yang sama." (Sutomo)
46. "Hasil yang baik hanya bisa dicapai dari niat dan cara yang baik." (Sutomo)
47. "Hasil yang benar didapat dari adanya tindakan yang benar berdasarkan petunjuk yang benar." (Sutomo) 
48. "Hati emas seluruh umat dan rakyat Indonesia yang rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negaranya, yang mencintai tanah airnya, itulah yang mampu menghantarkan bangsa Indonesia pada jaman keemasannya (Indonesia berdikari dan jaya)." (Sutomo)
49. "Hawa nafsu yang besar adalah hawa nafsu yang sudah dijadikan sistem atau aturan. Disitulah hawa nafsu telah menjelma sebagai penguasa zalim yang menyesatkan dan menyengsarakan ribuan manusia bahkan jutaan." (Sutomo)
50. "Hidup dijajah itu pahit, karena hidup bangsa hanya diperbudak asing dan kekayaan bangsa dirampas asing, untuk itulah ada perjuangan kemerdekaan.
Hidup banyak utang berbunga (riba) dan ketergantungan investasi asing itu pahit, karena hidup bangsa lebih besar hanya untuk membayar utang berbunga (riba) dan kekayaan bangsa banyak dinikmati asing, untuk itu perlu perjuangan kemandirian bangsa." (Sutomo)
51. "Hubungkan SARA (Suku bangsa, Agama, Ras, dan Antar golongan) pada satu titik persatuan, agar tampil kekayaan dan kekuatan yang besar." (Sutomo)
52. “Ilmu kasih sayang dan amal kasih sayang dapat mewujudkan adanya kehidupan yang penuh kasih sayang.” (Sutomo)
53. "Indonesia akan mencapai jaman keemasannya dengan bangkitnya hati emas seluruh umat dan rakyat Indonesia, yang dengan kesadaranya mau bersedekah kepada Negara." (Sutomo)
54. "Indonesia baru adalah Indonesia yang mampu tampil baru, Indonesia yang sebelumnya bergantung dan tergantung dari utang luar negeri dan investasi asing dalam membangun bangsa, menjadi bangsa yang berdikari, bangsa yang mampu membangun dari kekuatan bangsa sendiri (gotong royong)." (Sutomo)
55. "Indonesia berbudaya tinggi adalah Indonesia yang menjalankan dan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 (naskah asli yang disahkan PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945) secara murni dan konsekuen." (Sutomo)
56. "Indonesia mampu dan pantas menjadi negara pelopor dunia, membangun bangsa tanpa utang berbunga (riba)." (Sutomo)
57. "Indonesia tampil baru adalah Indonesia yang berdikari." (Sutomo)
58. "Ini kepastian : Sekalipun sudah membudaya, merajalela dan mendunia, sistem utang berbunga (riba) akan binasa (hancur / musnah)." (Sutomo)
59. "Insya Allah kebaikan dan berkah sedekah dapat menjadi sarana datangnya hidayah, sehingga jika ada : 
Yang korupsi menjadi berhenti,
Yang ingkar janji menjadi menepati,
Yang berkata bohong menjadi jujur,
Yang berkhianat menjadi amanah.
Yang buruk menjadi baik." (Sutomo)
60. "Iri dengki hanya meluaskan kebencian, kebencian hanya memanjangkan dendam." (Sutomo)
61. "Jadikanlah perbedaan untuk membesarkan Negara, bukan membesarkan perbedaan di dalam Negara." (Sutomo)
62. "Jangan harap bisa terbebas atau merdeka dari adanya intervensi (campur tangan) asing, jika dalam membangun Negara dengan cara terus mendatangkan dan mengandalkan utang luar negeri dan investasi asing." (Sutomo)
63. "Jangan melupakan sejarah!
Ingat sejarah!
Ingat sejarah! 
Karena yang sesungguhnya membuat suatu bangsa menjadi kehilangan kemerdekaannya, menjadi bangsa terjajah, dan menjadi bangsa yang mudah dipecah belah adalah tipu daya, intervensi (campur tangan) orang asing atau bangsa asing di dalam Negeri." (Sutomo)
64. "Jangan takut Negara asing tidak investasi atau angkat kaki dari Negeri ini, karena pendahulu kita telah mencontohkan, bahwasannya mereka pun dahulu juga tidak takut ketika penjajah angkat kaki dari Negeri ini." (Sutomo)
65. "Janji yang tidak ditepati, termasuk perkataan yang tidak baik / tidak benar dan dapat menimbulkan permusuhan." (Sutomo)
66. "Jer basuki mawa bea. Tidak ada perjuangan yang di dalamnya tidak ada pengorbanan jiwa dan harta." (Sutomo)
67. "Jika harta, kekuasaan dan jabatan yang dijadikan tujuan hidup, hukum Negara berubah menjadi hukum rimba." (Sutomo)
68. "Jika melihat kebenaran dari pakaian, tidak akan mampu menjadikan kebenaran sebagai pakaian." (Sutomo)
69. "Jika prasangka buruk melebihi niat baik, kebaikan yang diniatkan tidak akan pernah terlaksana" (Sutomo)
70. “Keadilan tidak akan pernah terwujud, jika tidak ada orang yang berani melawan kezaliman." (Sutomo)
71. "Kebenaran bisa terbang meski tidak bersayap,
Kebenaran bisa berjalan meski tidak berkaki,
Kebenaran bisa didengar meski tidak bersuara, dan 
Kebenaran mampu menang meski tidak mengalahkan." (Sutomo)
72. "Kebenaran bukan hanya menampilkan yang benar, tetapi juga menunjukkan yang salah." (Sutomo)
73. "Kebenaran hanya bisa ditampilkan dari niat dan cara yang benar." (Sutomo)
74.  "Kebenaran tidak perlu dipaksakan karena kebenaran akan menemukan sendiri pelakunya." (Sutomo)
75. "Kebhinnekaan (perbedaan) dan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan) merupakan sumber kekayaan dan sumber kekuatan bangsa dan Negara." (Sutomo)
76. "Keburukan yang sudah dijadikan sistem atau aturan Negara, cepat atau lambat akan menghancurkan Negara." (Sutomo)
77. "Kedaulatan suatu bangsa tanpa didukung oleh kekuatan dan kemandirian ekonomi akan mudah runtuh." (Sutomo)
78. “Kehancuran sangatlah dekat, bagi bangsa yang rakyatnya tidak peduli terhadap nasib bangsanya sendiri.” (Sutomo)
79. "Keimanan mampu mewujudkan yang tidak mungkin menjadi mungkin, karena di dalam keimanan bersemayam kekuatan yang maha dahsyat." (Sutomo)
80. "Kekuatan jati diri bangsa sendiri yang mampu mewujudkan Indonesia berdikari, yaitu kekuatan persatuan dan gotong royong." (Sutomo)
81. "Kekuatan Maha Besar adalah milik Allah, kemudian ada kekuatan umat dan rakyat yang bersatu." (Sutomo)
82. "Kemenangan dipersiapkan untuk orang-orang yang mau berjuang dan mau memperjuangkannya." (Sutomo)
83. "Kemenangan butuh perjuangan dan perjuangan butuh pengorbanan." (Sutomo)
84. "Kemerdekaan bangsa adalah kemerdekaan rakyatnya, kemandirian bangsa adalah kemandirian rakyatnya dan keselamatan bangsa adalah keselamatan rakyatnya." (Sutomo)
85. "Kemerdekaan dan kemandirian bangsa adalah fase menuju kejayaan / mercusuar dunia." (Sutomo)
86. "Kemerdekaan dan kemandirian bangsa bukanlah mimpi dan khayalan, tetapi nyata bisa diwujudkan." (Sutomo)
87. "Kemerdekaan dan kemandirian bangsa merupakan dua kondisi yang tidak mudah untuk mewujudkannya, tetapi dengan persatuan dan gotong royong, keduanya menjadi sesuatu yang sangat dekat dan lebih mudah untuk bisa diwujudkan." (Sutomo)
88. "Kemerdekaan dan kemandirian bangsa terwujud karena diperjuangkan." (Sutomo)
89. "Kemerdekaan dicapai dengan perjuangan, begitu juga dengan kemandirian bangsa, apalagi kejayaan." (Sutomo)
90. "Kemerdekaan merupakan berkat rahmat Allah yang didapat oleh bangsa Indonesia karena diperjuangkan. Demikian pula halnya dengan kemandirian bangsa (Indonesia berdikari) akan mampu dicapai sebagai berkat rahmat dari Allah, yang harus diperjuangkan terlebih dahulu." (Sutomo)
91. "Kepedulian rakyat terhadap Negara adalah bukti cinta rakyat kepada Negara." (Sutomo)
92. "Kesabaranlah yang mampu merubah yang tidak sabar menjadi sabar." (Sutomo)
93. "Ketika cinta tanah air menuntut bukti, disitulah keikhlasan hati untuk berjuang dan rela berkorban sedang diuji." (Sutomo)
94. "Kezaliman akan semakin merajalela, jika orang baik hanya diam saja." (Sutomo)
95. "Kikir (pelit, bakhil) itu buruk." (Sutomo)
96. "Lebih mudah melihat kemasyhuran dan kejayaan, dari pada melihat bagaimana awal mula kemasyhuran dan kejayaan itu ditegakkan." (Sutomo)
97. "Melukis kemerdekaan dengan goresan pena dan tetesan darah. Melukis kemandirian bangsa dengan goresan pena dan aliran sedekah." (Sutomo)
98. "Melunasi utang luar negeri itu baik. Membebaskan bangsa dari utang berbunga (riba) itu mulia. Meninggalkan anak keturunan (generasi) bangsa masa depan yang kuat, yang tidak menanggung utang itu bijaksana. Utang harus dibayar, riba harus dimusnahkan, dan meninggalkan atau mewariskan generasi bangsa masa depan yang kuat adalah kewajiban." (Sutomo)
99. "Membangun dengan gotong royong yaitu dengan modal dari rakyat, dikelola oleh rakyat (melalui mekanisme pemimpin yang dipilih rakyat) dan hasilnya dipergunakan untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat. Sedang membangun dengan investasi asing, yaitu membangun dengan modal dari asing, asing ikut campur tangan (biasanya) dan hasilnya dibagi dengan asing bahkan boleh jadi asing mendapatkan bagian lebih besar." (Sutomo)
100. "Membangun Negara dengan gotong royong lebih baik daripada membangun dengan mendatangkan dan mengandalkan utang luar negeri dan investasi asing." (Sutomo)
101. "Membangun Negara dengan mendatangkan dan mengandalkan utang berbunga (riba), menjauhkan Negara dari keberkahan. Karena riba adalah sesuatu yang diharamkan Allah." (Sutomo)
102. "Membangun Negara dengan utang berbunga (riba) itu tidak baik, Indonesia mampu berdikari dengan jati diri bangsa sendiri yaitu gotong royong." (Sutomo)
103. "Memperbaiki bukan menyalahkan orang yang mengikuti sistem yang rusak, tetapi berani membenahi sistemnya." (Sutomo)
104. "Menanam dahulu baru berharap buahnya. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, rakyat yang mau berjuang dan berkorban untuk kemerdekaan bangsanya, diberi pemimpin yang berjiwa merdeka. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, rakyat yang mau berjuang dan berkorban untuk kemandirian bangsanya akan diberi pemimpin yang berjiwa mandiri." (Sutomo)
105. "Menggelar utang berbunga untuk membangun Negara, sama halnya menanam dan menyuburkan riba di bumi Persada, membangun Negara dengan mendatangkan dan mengandalkan investasi asing, sama halnya menyerahkan Negara pada pengelolaan asing." (Sutomo)
106. "Mengikuti apa kata orang atau pemimpin besar itu hal yang biasa, tetapi mau dan berani berjuang bersama-sama untuk mengadakan perubahan, dari bangsa yang ketergantungan pada asing menjadi bangsa yang berdikari dari kekuatan rakyat sendiri, itu hal yang sangat luar biasa (istimewa)." (Sutomo)
107. "Meninggalkan budaya, semangat dan jiwa gotong royong, sama halnya menyuburkan faham individualisme." (Sutomo)
108. "Meninggalkan sistem ekonomi kerakyatan berbasis koperasi, sama halnya menyuburkan sistem kapitalisme." (Sutomo)
109. "Menyampaikan kebenaran merupakan tindakan yang benar." (Sutomo)
110. Merdeka dan berdikari itu bermartabat." (Sutomo)
111. "Merdeka dan berdikari itu bukan berarti anti hubungan dan kerjasama dengan luar negeri. Tetapi memposisikan bangsa di tataran dunia sebagai bangsa yang bermartabat yang duduk sama rendah berdiri sama tinggi, hidup sebagai bangsa yang mampu menentukan nasib dan masa depan bangsanya sendiri tanpa tekanan dan intervensi (campur tangan) dari bangsa lain." (Sutomo)
112. "Merendahkan tidak membuat tinggi, saling mencaci dan menghujat tidak membuat hebat, dan saling menghina tidaklah membuat mulia." (Sutomo)
113. "Negara dan agama tidak bisa dipisahkan." (Sutomo)
114. "Negeri (Negara) dan Agama merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan (dijauhkan), karena keduanya memiliki keterkaitan (hubungan) yang sangat erat. Bahkan adanya keberkahan kehidupan bernegara karena adanya kehidupan beragama yang benar dan baik." (Sutomo)
115. "Niat, kemauan dan keberanian berbuatlah yang mampu merubah kondisi." (Sutomo)
116. "Pajak tidaklah sama dengan sedekah." (Sutomo)
117. "Panahlah pada sasaran yang benar dan tepat, jangan hanya sekedar bisa melepaskan anak panah dari busur tanpa sasaran yang jelas." (Sutomo)
118. "Para penjajah model baru, selalu berupaya untuk menjauhkan generasi suatu bangsa dari sejarah berdiri bangsanya, karena di dalam sejarah tersimpan kekuatan. (Sutomo)
119. "Pejuang bangsa itu adalah seluruh umat dan rakyat Indonesia." (Sutomo)
120. "Pembuat dan pelaku sejarah adalah orang yang mampu menarik dan menghubungkan garis dari tiga titik, yaitu titik sejarah masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang." (Sutomo)
121. "Pemimpin dan penguasa yang tidak memimpin Negara dengan benar, menjalankan dan mengelola Negara tidak sesuai aturan Negaranya, mereka itulah penjahat dan pengkhianat-pengkhianat terbesar Bangsa dan Negara yang sesungguhnya." (Sutomo)
122. "Pemimpin yang bermental utang, tidak akan mampu mendorong dan membawa bangsanya menuju kemandirian." (Sutomo)
123. "Pemimpin yang berjiwa mandiri, yang mampu mendorong dan membawa bangsanya menuju berdikari." (Sutomo)
124. "Pendahulu telah berbuat kasih sayang dan adil, dengan mewariskan kemerdekaan untuk kita. Marilah kita juga berbuat kasih sayang dan adil, dengan mewariskan kemandirian untuk generasi bangsa masa depan." (Sutomo)
125. “Penguasa zalim dengan membuat undang-undang untuk mengamankan jabatannya, pejuang dan pahlawan bangsa dengan kebenaran untuk menyelamatkan negaranya.” (Sutomo) 
126. "Penjajahan dan ketergantungan asing (utang luar negeri dan investasi asing), keduanya meninggalkan generasi bangsa yang lemah." (Sutomo)
127. "Perkataan yang tidak baik (tidak benar), merupakan langkah syetan untuk menimbulkan perselisihan (permusuhan)." (Sutomo)
128. "Perlu adanya revolusi dan revolusi harus dilakukan sebagai langkah dan tindakan nyata untuk mengadakan perubahan." (Sutomo)
129. "Petunjuk (ilmu) itu teori, praktek (pelaksanaan) nya adalah beramal (berbuat)." (Sutomo)
130. “Rasul dan pejuang diutus dan dibangkitkan untuk revolusi (mengadakan perubahan).” (Sutomo)
131. "Rasul / utusan adalah orang biasa, sekalipun chasingnya budak belian, namun sesungguhnya dia adalah seorang yang pandai dan berpengetahuan." (Sutomo)
132. "Revolusi kemerdekaan (Indonesia Merdeka) telah dilukis oleh generasi pendahulu untuk kita. Kini, saatnya kita melukis Revolusi Kemandirian Bangsa (Indonesia Berdikari), untuk kita persembahkan bagi generasi bangsa masa depan kita." (Sutomo)
133. “Revolusi mutlak dibutuhkan untuk adanya perubahan.” (Sutomo)
134. "Revolusi yang benar dan baik adalah revolusi yang berpetunjuk dan berdasarkan konsep ilmu yang jelas dan benar." (Sutomo)
135. "Riba itu buruk dan sedekah itu baik." (Sutomo)
136. Riba itu Buruk.
"Janganlah menganggap keburukan sebagai kebaikan, karena keburukan yang sudah merajalela, membudaya, mentradisi dan menjadi adat kebiasaan di masyarakat, berbangsa dan bernegara, bahkan mendunia." (Sutomo)
137. "Rubah paradigma lama, yang selama ini kebhinnekaan (perbedaan) dan SARA mungkin identik dengan sumber perpecahan, dirubah menjadi paradigma baru, bahwasannya kebhinnekaan (perbedaan) dan SARA (Suku Bangsa, Agama, Ras dan Antar Golongan) adalah sumber kekayaan dan kekuatan bangsa dan Negara." (Sutomo)
138. "Saat kegelapan menuju kekelamannya, cahaya makin bersinar menunjukkan konsistensi terangnya." (Sutomo)
139. "Satu kewajaran dalam mewujudkan niat dan cita-cita besar dihadapkan pada kendala dan tantangan yang besar." (Sutomo)
140. "Satukan langkah dan tujuan untuk satu kepentingan, yaitu membangun Indonesia Raya, Indonesia yang Berdikari dan Jaya." (Sutomo)
141. "Sedekah dapat membangun akhlak, struktur pemerintahan, serta kehidupan berbangsa dan bernegara yang bersih, karena sedekah membersihkan dan mensucikan." (Sutomo)
142. "Sedekah membangun dan mewujudkan adanya peradaban dan dunia baru yang bersih dan berkah" (Sutomo)
143. "Sedekah merupakan cahaya terang benderang (membersihkan dan mensucikan) yang diperintahkan Allah." (Sutomo)
144. “Sederhana teorinya, mudah dibaca dan difahami maknanya, serta memiliki kekuatan besar di dalamnya, itulah “GOTONG ROYONG” budaya dan nilai-nilai luhur yang dimiliki bangsa Nusantara dan bangsa Indonesia.” (Sutomo)
145. "Segala sesuatu yang dihalalkan dan diperintahkan Allah, pasti menghasilkan kebaikan dan kemaslahatan bila dijalankan. Dan segala sesuatu yang diharamkan dan dilarang Allah, pasti berakibat buruk dan menyebabkan kemudharatan bila dilanggar." (Sutomo)
146. "Sehebat-hebatnya bangsa yang dibangun dari utang luar negeri dan investasi asing masih tetap lebih hebat dan bermartabat menjadi bangsa yang dibangun dari kekuatan bangsa sendiri." (Sutomo)
147. "Sehebat-hebatnya bangsa yang dibangun oleh penjajah, masih tetap lebih hebat dan bermartabat menjadi bangsa yang merdeka." (Sutomo)
148. "Sejarah mengajarkan kepedulian,
Sejarah mengajarkan kekuatan,
Dan sejarah mengajarkan kesabaran." (Sutomo)
149. “Sejarah, pejuang dan pahlawan bangsa adalah inspirator dan motivator yang baik untuk dapat berbuat yang besar dan bermanfaat bagi bangsa dan Negara serta bagi generasi masa depan bangsa.” (Sutomo)
150. "Selalu ada pejuang di tengah-tengah penjajahan. Dan selalu ada pembela bangsa di tengah-tengah para pecundang dan pengkhianat bangsa." (Sutomo)
151. "Selamatkan dan bebaskan bangsa Indonesia dari utang turun temurun berkepanjangan dan dari ketergantungan investasi asing dalam membangun Negara, dengan bersatu, berjamaah dan bergotong royongnya segenap umat dan rakyat Indonesia bersedekah kepada Negara ke dalam lumbung harta." (Sutomo)
152. "Seluruh umat dan rakyat yang berbuat baik kepada bangsa dan negaranya, kebaikannya akan kembali kepada seluruh umat dan rakyat." (Sutomo)
153. "Semua berbuat, berbuat untuk semua, itulah gotong royong, gotong royong itulah adil." (Sutomo)
154. "Sesungguhnya kekuatan suatu Negara itu ada pada Umat dan Rakyatnya." (Sutomo)
155. "Silaturrahmi / silaturrahim itu benar dan baik." (Sutomo)
156. "Tampilnya peradaban baru karena adanya keberanian meninggalkan peradaban lama. Untuk tampilnya peradaban baru (peradaban kemerdekaan) harus ada keberanian untuk meninggalkan peradaban lama (peradaban penjajahan). Untuk tampilnya peradaban baru (peradaban kemandirian bangsa) harus ada keberanian untuk meninggalkan peradaban lama (peradaban ketergantungan asing / ketergantungan utang luar negeri dan investasi asing)." (Sutomo) 
157. "Tegak dan syarat sahnya shalat yaitu dengan lebih dulu membersihkan dan mensucikan (berwudhu). Masa (saat) pembersihan dan penyucian itu ada yaitu ketika shalat akan mulai ditegakkan." (Sutomo)
158. "Tegaknya / berdirinya bangunan itu diawali dari satu titik yaitu batu pertama. Itulah proses." (Sutomo)
159. “Terjadi kemungkaran yang besar, ketika sebagain besar manusia sudah membenarkan dan menjadikan keburukan atau apa-apa yang dilarang dan diharamkan Allah sebagai jalan hidup.” (Sutomo)  
160. "Terus mendatangkan dan mengandalkan utang luar negeri dan investasi asing dalam membangun bangsa, semakin menjauhkan bangsa dari berdikari." (Sutomo)
161. "Tiang-tiang yang megah dan mewah, akan mudah roboh jika ditegakkan di atas pondasi yang lemah." (Sutomo)
162. "Tidak ada kemandirian bangsa, jika dalam diri pemimpin dan rakyat tidak ada cita -cita untuk mewujudkannya." (Sutomo)
163. "Tidak ada perjuangan yang di dalamnya tidak ada pengorbanan. Berjuang adalah berkorban dan mengorbankan apapun yang dibutuhkan untuk tercapainya sebuah harapan dan cita-cita." (Sutomo)
164. "Tidak ada perubahan jika hanya berkhayal, diam dan menunggu, semua terwujud karena ada yang mewujudkan." (Sutomo)
165. "Tidak akan berjalan revolusi tanpa modal." (Sutomo)
166. "Tidak akan mampu membangun kekuatan sebelum mampu membangun kesadaran." (Sutomo)
167. "Tidak akan mampu membenahi Negara yang rusak, jika tidak berani (takut) merevolusi sistemnya." (Sutomo)
168. "Tidak akan mampu meraih kejayaan, jika tidak lebih dulu mampu berdikari." (Sutomo)
169. "Tidak akan pernah mampu menjadi bangsa yang berdikari, jika dalam membangun Negara dengan cara terus mendatangkan dan mengandalkan utang luar negeri dan investasi asing." (Sutomo)
170. “Tidak  bisa melenyapkan yang bathil dengan yang bathil, lenyapnya yang bathil dengan yang haq.”  (Sutomo)  
171. "Tidak peduli dengan Negaranya yang dijajah sama halnya telah menelantarkan dan menyia-nyiakan generasi bangsa masa depannya. Tidak peduli dengan Negaranya yang ketergantungan asing (utang luar negeri dan investasi asing) sama halnya telah menelantarkan dan menyia-nyiakan generasi bangsa masa depannya." (Sutomo)
172. "Tidak perlu diikuti, sekalipun itu keluar dari lisan orang besar atau pemimpin besar, jika itu merupakan perkataan yang salah dan buruk." (Sutomo)
173. "Tidak perlu dicontoh, sekalipun itu sistem yang dianut oleh Negara besar, jika sistem itu merupakan sistem yang salah dan buruk." (Sutomo)
174. "Tidaklah berkurang ilmu yang diamalkan, tidaklah berkurang harta yang dibagikan (disedekahkan), melainkan keduanya (ilmu dan harta) malah ditambah." (Sutomo)
175. "Tidaklah sama keburukan dengan kebaikan, tidaklah bisa kebaikan dibangun dengan keburukan." (Sutomo)
176. "Tidaklah wujud kemerdekaan jika tidak ada tangan (putra putri) bangsa yang memperjuangkan. Tidaklah wujud kemandirian bangsa jika tidak ada tangan (putra putri) bangsa yang menegakkan." (Sutomo)
177. "Tidak mau yang membuat tidak mampu. Ketidakmauan awal dari ketidakmampuan." (Sutomo)
178. "Tidak perlu waktu lama untuk bisa mengenali penjajah, tetapi butuh waktu panjang dan pengorbanan besar untuk bisa merdeka." (Sutomo)
179. "Tinggalkan dan jauhi utang berbunga (riba) dan investasi asing dalam membangun bangsa. Bangkit dan bangunlah bangsa dengan kekuatan sendiri." (Sutomo)
180. "Tinggalkan dan jauhi utang berbunga (riba) dan suburkan sedekah, Indonesia akan berlimpah berkah." (Sutomo) 
181. “Ucapan dan perkataan kotor (tidak baik) dapat menjadi sumber perselisihan dan permusuhan” (Sutomo)
182. "Untuk bisa berdikari, bangsa Indonesia harus berani tampil baru, dari bangsa yang membangun dengan mendatangkan dan mengandalkan utang luar negeri dan investasi asing, menjadi bangsa yang membangun dengan kekuatan bangsa sendiri, yaitu dari kekuatan sedekah oleh seluruh umat dan rakyat Indonesia yang bersatu." (Sutomo)
183. "Untuk dapat merdeka ada prosesnya, untuk dapat berdikari ada prosesnya, yang memproses kemerdekaan dan kemandirian bangsa adalah para pejuang bangsa." (Sutomo)
184. “Untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa, dibutuhkan pengorbanan hingga titik darah penghabisan. Untuk mewujudkan kemandirian bangsa dibutuhkan pengorbanan hingga titik harta penghabisan." (Sutomo)
185. "Utang berbunga (riba) itu munkar (buruk / tidak baik) tetapi sedekah itu ma'ruf (baik)." (Sutomo)
186. "Utang berbunga (riba) itu negatif (rugi). Berbagi, murah hati, sedekah (dipelihara dari kikir atau tidak kikir) itu positif (beruntung)." (Sutomo)
187. “Utang besar Negara yang berbunga (riba) bukanlah perkara yang mudah untuk bisa diselesaikan. Tetapi bukan berarti tidak bisa untuk diselesaikan." (Sutomo)
188. "Wahai bangsa Indonesia, bukan dari utang berbunga (riba) yang membuatmu jaya, tetapi dari bergotong royongnya segenap umat dan rakyat Indonesia yang bersedekah kepada Negara ke dalam lumbung harta." (Sutomo)
189. "Wahai Indonesia, berhentilah berkiblat pada luar negeri (bergantung pada utang luar negeri dan investasi asing) dalam membangun Negara, berpindahlah dan kembalilah berkiblat pada bangsa sendiri yaitu gotong royong, Indonesia mampu berdikari." (Sutomo)
190. "Wujud dan tampilnya kebenaran dan keadilan, karena adanya orang-orang yang mau dan berani berbuat yang benar dan adil." (Sutomo)
191. “Yang dibutuhkan suatu bangsa dalam keadaan pecah belah dan permusuhan adalah pemersatu.” (Sutomo)
192. "Yang tidak mudah dan sangat berat dalam hidup ini adalah membawa wahyu ke dalam perilaku." (Sutomo)

Translate


Download Artikel 1


Download Artikel 2


Profil Penulis

Nama : Sutomo
Tpt/tgl lhr : Boyolali 07 Nopember 1970
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Berkarya
Agama : ISLAM
Hp : 0812-1946-6719
Tentang Sutomo
Cukuplah Aku menjadi manusia yang selalu ingat dan menjalankan apa yang telah Aku ikrarkan di hadapan Allah Yang Maha Suci, ketika Aku bersyahadat berjanji setia untuk menjadi manusia yang terpuji

Artikel Lainya





~~ Di izinkan Mengcopy Paste Artikel Website dan Menyebar luaskan Artikel sumber Artikel www.sutomo1.com  Di baca di renungkan dan dipahami ~~